Produk Mewah Sasar Kelas Atas

21.02 0 Comments A+ a-

PASAR Tiongkok dipandang potensial bagi penetrasi produk furnitur mewah Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan pertumbuhan ekspor furnitur ke `Negeri Tirai Bambu' yang naik 20,5% selama lima tahun terakhir.

“Produk furnitur untuk konsumen kelas atas menjadi tren pasar di Tiongkok saat ini,“ ujar Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi seusai peresmian gerai House of Indonesia di Shanghai, Tiongkok, akhir pekan lalu.
Menurutnya, animo konsumen Tiongkok terhadap furnitur murah sudah turun.

“Mereka malah tidak mau yang murah. Produk kita di dalamnya terdapat nilai tambah besar.Ada kerajinan Jepara, Yogyakarta, dan Bali. SVLK (sistem verifikasi legalitas kayu) yang kita perkenalkan itu ternyata juga memberikan tambahan nilai kepada produk kita,“ ujar Bayu.

Selain produk mewah, imbuh Bayu, keunggulan furnitur Indonesia juga karena mengedepankan craftmenship, yakni desain khusus sesuai permintaan konsumen. “Hampir separuh ekspor furnitur kita bentuknya ialah konsumen yang punya ide, kita yang mengerjakan,“ ujar Bayu.

House of Indonesia di Shanghai merupakan gerai pemasaran produk keempat yang diinisiasi Asosasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI).Gerai sebelumnya di Nanning, Iwu, dan Tianjin sudah diresmikan. “Sebentar lagi mudah-mudahan di Beijing. Swasta yang lebih bergerak. Komitmen mereka tidak akan lebih dari 18 bulan dari sekarang (akan diresmikan),“ kata dia.

Selain furnitur, produk lain yang dipasarkan di House of Indonesia antara lain makanan olahan, kopi, dan batik. Upaya itu dilakukan untuk menggaet konsumen kaya dan superkaya yang saat ini mencapai 1% (14 juta) dari total populasi Tiongkok yang mencapai 1,4 miliar orang.

Sekretaris Jenderal AMKRI Abdul Sobur menambahkan, Shanghai dipilih sebagai lokasi gerai pemasaran lantaran merupakan pusat perdagangan dengan target konsumen ekspatriat di kota itu.

“Targetnya langsung ke pemakai, end-user. Jadi kita potong dua rantai, wholeseller dan rantai retailer. Dari eksportir langsung ke reteller, jadi spread labanya lebih besar, tapi kompensasinya harus sewa tempat,“ jelas Abdul.

Ke depan, pihaknya berencana menambah lima gerai, antara lain tambahan satu lagi House of Indonesia di Shanghai, Beijing, Senzhen, dan Nanning. “Kota-kota ini yang pertumbuhannya paling tinggi,“ pungkasnya. (Aim/Wib/E-4) Media Indonesia, 25/09/2014, halaman 18